Senin, 07 Oktober 2013

Bersama Kawan



Waktu itu lagi libur semester pas bulan puasa, kita berkumpul,,
yahh sekedar temu kangen,, maklum uda 1 tahun ngga ketemu. Meskipun personielnya ngga lengkap. Tapi kita tetep menggila seperti jaman putih abu2 dulu..
 
 
ini aku sama sii cerewett 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kapan kita bisa pesta piyama lagi???
 
 
 
I miss the momment when you and me laugh together :(

Jumat, 12 April 2013

Landasan Kependidikan (TELAAH RPP dan LKS)


TUGAS LANDASAN KEPENDIDIKAN
“TELAAH RPP DAN LKS”



RIA PUSPITA HADI S
(123654031)
S1 PRODI PENDIDIKAN SAINS A


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


BAB I
PANDUAN PENGEMBANGAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I.                   Pendahuluan

Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar
Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi  Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat,Standar Kompetensi,Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian

II.    Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Mencantumkan identitas
·        Nama sekolah
·        Mata Pelajaran
·        Kelas/Semester
·        Alokasi Waktu

Catatan:
Ø  RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
Ø  Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh satuan pendidikan
Ø  Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam  satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
Ø  Pertemuan ke…sampai dengan ….untuk mencapai KD tertentu (ditulis sesuai silabus).

A. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standa kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). Sebelum menuliskan Standar Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.  urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD
b.      keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c.   keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
d.      SK dikutip dari silabus dan ditulis nomornya




B.     Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.   Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar
b.      Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c.   Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran
d.      Ditulis sesuai kolom I pada silabus dan ditulis nomornya.

C. Tujuan Pembelajaran
             Tujuan Pembelajaran berisi  penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.

D.  Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran  adalah  materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam silabus.

E.  Metode Pembelajaran/Model Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

F.   Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan :
a. Pendahuluan
    Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un­tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di­lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang­kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
    Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un­tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
 

G. Sumber Belajar

Pemilihan  sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.  Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,  sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

H.  Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan  teknik  tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.











III. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah                             : SMP...........................
Mata Pelajaran                  : ...................................
Kelas/Semester                  : ...................................
Alokasi Waktu                  : ..... x  40 menit (…  pertemuan)

A.    Standar Kompetensi
B.     Kompetensi Dasar
C.     Indikator
D.  Tujuan Pembelajaran:
      Pertemuan 1
      Pertemuan 2
      Dst   
E.  Materi Pembelajaran   
F.  Model/Metode Pembelajaran 
G.  Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
                  Pertemuan 1
      Pertemuan  2
       Dst
           H.   Sumber Belajar           
I.  Penilaian                     

Penilaian
Teknik
Bentuk
Instrumen
Instrumen



















BAB II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Pendidikan                  : SMP/Mts
Mata Pelajaran                        : IPA Terpadu
Tema                                       : Limbah Rumah Tangga
Kelas/Semester                        : VII / Semester 2
Alokasi waktu                         : 2 x 2 x 40 menit
 

A.    Standar Kompetensi
·         7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem (Biologi, Kelas VII semester 1)
·         4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia(Kimia, Kelas VII semester 1) (Kimia, Kelas VIII semester 1)
·         4. Memahami kegunaan bahan kimia dalam  kehidupan (Kimia, Kelas VIII semester 1)

B.     Kompetensi Dasar
·         4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
·         7.4..Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan
·         4.1 Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
·         4.2 Mengkomunikasikan informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia
      
C.    Indikator
Pertemuan I
Kognitif
·      Produk
1.        Menjelaskan berbagai contoh bahan kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
2.        Menjelaskan pengaruh dan efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia seperti pembersih, pewangi, pemutih dan pembasmi serangga.
·      Proses
1.        Mengelompokkan bahan-bahan kimia yang terdapat di rumah tangga
2.        Melakukan identifikasi terhadap berbagai bahan kimia yang terdapat di rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga.

Afektif
1.      Karakter : disiplin, teliti dan bertanggung jawab
2.      Keterampilan sosial: bekerja sama, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain

Pertemuan II
Kognitif
·      Produk
1.      Menjelaskan dampak penggunaan bahan-bahan kimia di rumah tangga terhadap pencemaran lingkungan.
2.      Menjelaskan cara pengolahan limbah detergen dengan teknik penyaringan.

·      Proses
1.      Melakukan percobaan tentang “Penjernihan Air Limbah Detergen”
2.      Menganalisis pengaruh limbah detergen bagi kelangsungan hidup ikan

Psikomotor
1.      Merangkai alat dan bahan untuk percobaan tentang “Penjernihan Air Limbah Detergen”
2.      Menentukan pengaruh air hasil penjernihan limbah detergen bagi kelangsungan hidup ikan.

Afektif
1.      Karakter : disiplin, teliti dan bertanggung jawab
2.      Keterampilan sosial: bekerja sama, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain

D.    Tujuan Pembelajaran
Pertemuan I
Kognitif
·         Produk
1.    Siswa dapat menjelaskan masing-masing 2 contoh bahan kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
2.    Siswa dapat menjelaskan beberapa pengaruh dan efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia seperti pembersih, pewangi, pemutih dan pembasmi serangga tanpa membaca handout.



·         Proses
1.         Siswa dapat mengelompokkan bahan-bahan kimia yang terdapat  di rumah tangga dengan benar.
2.         Siswa dapat melakukan identifikasi terhadap berbagai bahan kimia yang terdapat di rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga dengan teliti.

Afektif
  1. Karakter          : Siswa datang saat praktikum tepat waktu, mengamati kejadian dalam percobaan dengan teliti dan menyampaikan hasil kerjanya dengan penuh tanggung jawab.
  2. Keterampilan sosial     : Siswa bekerja sama dalam kelompoknya, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain.

Pertemuan II
Kognitif
·         Produk
1.         Siswa dapat menjelaskan beberapa dampak penggunaan bahan-bahan kimia di rumah tangga terhadap pencemaran lingkungan dengan jelas.
2.         Siswa dapat menjelaskan cara pengolahan limbah detergen dengan teknik penyaringan.

·         Proses
1.         Siswa dapat melakukan melakukan percobaan tentang “Penjernihan Air Limbah Detergen” sesuai dengan prosedur di LKS 2.
2.         Siswa dapat menganalisis pengaruh air hasil penjernihan limbah detergen bagi kelangsungan hidup ikan sesuai dengan hasil percobaan.

Afektif
  1. Karakter          : Siswa datang saat praktikum tepat waktu, mengamati kejadian dalam percobaan dengan teliti dan menyampaikan hasil kerjanya dengan penuh tanggung jawab.
  2. Keterampilan sosial     : Siswa  bekerja sama dalam kelompoknya, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain.

E.     Alat dan Bahan
1.    Pertemuan I
a.    Alat tulis
b.    Produk-produk bahan kimia seperti pembersih, pewangi, pemutih dan pembasmi serangga
2.    Pertemuan II


a.    Botol kosong          1 buah
b.   Gelas kimia             3 buah
c.    Gelas ukur              1 buah
d.   Air                  
e.    Detergen
f.    Batu
g.   Kerikil
h.   Kapas
i.     Pasir
j.     Ikan                                    2 ekor



F.     Materi
·       Bahan-bahan kimia di rumah tangga
·       Pencemaran Lingkungan
·       Pemisahan Campuran

G.    Metode Pembelajaran
·       Model              : Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
·       Pendekatan     : SETS
·       Metode            : praktikum dan diskusi


H.    Sumber Belajar
·                   Buku siswa
·                   Buku Penunjang IPA untuk Kelas VII dan VIII SMP/MTs
·                   LKS
·                   Alat-alat praktikum
·                   Media Power Point

I.       Langkah Pembelajaran
Pertemuan I
1.      Pendahuluan (10 menit)
Fase 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
a.         Guru memotivasi siswa dengan membawa produk pembasmi serangga. Kemudian bertanya kepada siswa “ Apa yang terjadi pada serangga jika produk tersebut di semprotkan? Apa yang menyebabkan hal tersebut? Zat apa yang terkandung didalamnya?”
b.        Guru mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar, indikator, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran “Limbah Rumah Tangga”.
2.      Kegiatan Inti (50 menit)
Fase 2. Menyajikan informasi          
a.         Guru memberikan handout kepada siswa tentang “Limbah Rumah Tangga”
b.        Guru menginformasikan materi pelajaran melalui media power point.
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
a.       Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa dengan kemampuan berbeda (tinggi, sedang dan rendah).
b.      Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok
c.       Guru meminta siswa membaca petunjuk pengamatan (LKS 1) dan menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti pada petunjuk pengamatan.
d.      Guru meminta siswa melakukan identifikasi secara berkelompok.
Fase 4. Membimbing masing-masing  kelompok dalam mengerjakan tugas
a.       Guru mengawasi tiap kelompok secara bergiliran dan memberikan bantuan apabila siswa mengalami kesulitan
Fase 5. Evaluasi
a.       Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil identifikasi bahan-bahan kimia di rumah tangga ke depan kelas
b.      Guru menanggapi presentasi kelompok dan memberikan umpan balik.
3.      Penutup (20 menit)
Fase 6. Memberikan Penghargaan
a.       Guru memberikan kuis kemudian memberikan penilaian dan penghargaan kepada kelompok terbaik.
b.      Guru menugaskan siswa untuk mencari pengaruh dan efek samping penggunaan bahan kimia di rumah tangga bagi  kesehatan lingkungan.

Pertemuan II
1.      Pendahuluan (10 menit)
Fase 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
a.           Guru memotivasi siswa dengan membawa air bekas cucian cucian baju dan air bersih, kemudian meminta siswa untuk membedakan kedua air tersebut.
b.          Guru menanyakan kepada siswa “Apakah yang terjadi jika air tersebut kita minum?”
c.           Guru bersama-sama siswa merumuskan jawaban dari permasalahan tersebut.
d.          Guru mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar, indikator, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran “Limbah Rumah Tangga”.
2.      Kegiatan Inti (50 menit)
Fase 2. Menyajikan informasi
a.         Guru bersama-sama siswa membahas tentang pengaruh dan efek samping penggunaan bahan kimia di rumah tangga bagi  kesehatan lingkungan yang telah ditugaskan kepada siswa pada pertemuan sebelumnya.
b.          Guru menginformasikan materi selanjutnya yaitu tentang “Pencemaran Lingkungan dan Pemisahan Campuran” melalui media power point.
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
a.       Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa dengan kemampuan berbeda (tinggi, sedang dan rendah).
b.      Guru memberikan LKS kepada masing-masing kelompok
c.       Guru meminta siswa membaca petunjuk praktikum (LKS 2) dan menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti pada petunjuk praktikum.
d.      Guru meminta siswa melakukan praktikum tentang “Penjernihan Air Limbah Detergern” secara berkelompok.
Fase 4. Membimbing masing-masing  kelompok dalam mengerjakan tugas
a.       Guru mengawasi tiap kelompok secara bergiliran dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan praktikum.
Fase 5. Evaluasi
a.       Guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil praktikum tentang “Penjernihan Air Limbah Detergern” ke depan kelas.
b.      Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi kelompok yang presentasi.
c.       Guru memberikan umpan balik kepada kelompok yang presentasi.
3.      Penutup (20 menit)
Fase 6. Memberikan Penghargaan
a.       Guru memberikan kuis kepada siswa.
b.      Guru memberikan penilaian dan penghargaan kepada kelompok yang berprestasi atau aktif dalam proses pembelajaran.

J.      Penilaian
Penilaian kognitif           : Penilaian dalam bentuk kuis
Penilaian kinerja            : Penilaian hasil laporan praktikum dan penilaian
                                         sikap siswa



Surabaya,          2011
Mengetahui
Kepala Sekolah                                                  Guru Mata Pelajaran



(.......................................)                                     (.........................................)
NIP                                                                       NIP





LKS
(Lembar Kerja Siswa)
Rounded Rectangle: Nama  :................................  Tanggal Percobaan :...............................
Kelas  :...............................  Nomor Absen       :..............................
Kelompok :...............................
Folded Corner: Identifikasi Produk-produk Rumah Tangga
 









A.    Tujuan
·      Mengelompokkan produk-produk rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga.

B.     Materi
Bahan kimia dapat menyusun semua, sebagian besar atau sebagian kecil komposisi suatu  zat. Bahan-bahan tersebut memiliki banyak manfaat sehingga dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Bahan kimia yang terdapat di rumah digunakan sebagai bahan pembersih, bahan pemutih, bahan pewangi atau pengharum dan bahan pembasmi serangga.

C.    Alat dan Bahan
1.    Alat tulis
2.    Produk-produk bahan kimia seperti pembersih, pewangi, pemutih dan pembasmi serangga




D.    Langkah Kerja
1.      Mempersiapkan kemasan berbagai produk kebutuhan rumah tangga seperti kemasan sabun, detergen, sampo, pasta gigi, pemutih, pewangi, pembasmi serangga, dan makanan ringan .
2.      Mengelompokkan dan mengidentifikasi produk-produk tersebut.
3.      Mengamati label pada setiap kemasan produk-produk tersebut.
4.      Mebuat tabel hasil pengamatan.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemasan Produk
No.
Produk Kebutuhan Rumah Tangga
Bahan Kimia yang Terkandung
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sabun
Detergen
Sampo
Pasta gigi
Pemutih
Pewangi
Pembasmi serangga
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .

5.      Memasukkan data pada tabel 1

E.     Simpulan
Buatlah simpulan dari hasil pengamatan tersebut?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................








EVALUASI
Kerjakanlah soal berikut dengan jawaban yang lengkap!
1.    Sebutkan contoh bahan-bahan atau produk kimia yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari (minimal 2)?
2.    Jelaskan beberapa pengaruh dan efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan produk-produk kimia di rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga?
3.    Penggunaan bahan-bahan kimia  rumah tangga seperti penggunaan detergen dapat menimbulkan limbah berupa busa. Jelaskan dampak yang ditimbulkan dari limbah tersebut bagi lingkungan?
4.    Sebutkan pencemaran lingkungan yang timbul akibat adanya pengaruh penggunaan produk-produk kimia di rumah tangga?
5.    Limbah yang di hasilkan dari penggunaan produk-produk kimia seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga dapat diminimalisasi dengan pengolahan limbah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi limbah cair yaitu dengan pemisahan campuran. Jelaskan teknik pemisahan campuran sederhana untuk mengatasi air limbah penyebab pencemaran air?










BAB III
DASAR TEORI
A.Model pembelajaran PBI (problem based instruction)
·         Model pembelajaran Problem based instruction menggunakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan nyata. Problem based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran, melalui pengalaman belajar dalam kehidupan nyata. Arends dalam Trianto (2007 : 68) menjelaskan bahwa Problem based instruction merupakan pendekatan belajar yang menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi , mengembangkan kemandirian dan percaya diri.                                             Problem based instruction berpusat pada siswa. Problem based instruction merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007: 8). Guru berkewajiban menggiring siswa untuk melakukan kegiatan . guru sebagai penyaji masalah, memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan Problem based instruction didukung dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan masalah. Arends dalam Trianto (2007: 69-70) menyatakan bahwa pengembangan Problem based instruction memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
    Problem based instruction menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa dilingkungannya. Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa sehingga tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa, selain itu masalah yang disusun mencakup materi pelajaran disesuaikan dengan waktu, ruang dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Adanya keterkaitan atar disiplin ilmu
            Apabila Problem based instruction diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran tertentu, hendaknya memilih masalah yang autentik sehingga dalam pemecahan setiap masalah siswa melibatkan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Penyelidikan autentik
            Problem based instruction mewajibkan siswa melakukan penyelidikan autentik menganalisis dan merumuskan masalah, mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu melakukan eksperimen, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
4. Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya.
             Problem based instruction menuntut siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah di depan kelas.
5. Kolaborasi
            Problem based instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru. Problem based instruction mengacu pada inkuiri, kontruktivisme dan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Model ini efektif untuk mengajarkan proses – proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya dan membantu siswa memproses informasi yang telah dimiliki. Problem based instruction menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Lingkungan belajar yang terbuka menuntut peran aktif siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah sehingga menjadi pembelajar yang mandiri.                   Tahapan Problem based instruction dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa.Tahap Tingkah laku guru:
1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan rencana kegiatan, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa siswa untuk mengumpulakan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah dan membantu mereka untuk berbeagi tugas dengan temannya
5. Mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Instruction
1. Sintakmatik
Pendahuluan
a. Orientasi siswa pada masalah yaitu
 • Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari pada saat itu dengan memberikan tugas untuk eksperimen, siswa mempersiapkan eksperimen.
• Menjelaskan logistik yang dibutuhkan yaitu guru menjelaskan kegiatan observasi dan mempersiapkan alat dan bahan untuk observasi
• Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya dengan menyampaikan TPK.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar yaitu:
• Membagi kelas menjadi 5 kelompok belajar yang anggotanya heterogen dan terdiri dari 8-9 siswa dengan cara menghitung peserta mulai 1 s/d 8, yang nomor 1 masuk ke kelompok 1, yang nomor 2 masuk ke kelompok 2 dan seterusnya.
• .Masing-masing kelompok menghadap satu meja
• Guru membagikan LKS sebagai pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan eksperimen pada saat itu
• Guru menyuruh siswa mempersiapkan alat dan bahan yang sudah tersedia
• Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan eksperimen
• Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan untuk merangsang pembentukkan ide, pengajuan ide dan penyusunan konsep dasar serta rasa ketertarikan siswa untuk belajar.
2. Kegiatan inti
a. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok yaitu:
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
• Siswa melaksanakan eksperimen.
• Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan hasil eksperimen dari LKS (lembar kerja siswa) untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
• Siswa mengumpulkan hasil kerjanya kepada guru.
b. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu
• Siswa mempersiapkan untuk merencanakan hasil pemecahan masalah
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah
• Guru membantu mereka untuk berbeagi tugas dengan temannya.
• Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah, Kelompok yang presentasi dipilih acak melalui pengundian.
c. Mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu:
• Guru menyuruh siswa untuk mengevaluasi terhadap penyelidikan mereka.
• Siswa melakukan kegiatan mengavaluasi dengan mencocokkan hasil mereka dengan kelompok.
3. Penutup
Guru menyimpulkan hasil evaluasi siswa dengan mencocokkan materinya.
Manfaat Problem Based Instruction                                                                                  Problem based instruction dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti menyelidiki, memahami dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu dibutuhkan dalam pelaksanaan Problem based instruction untuk menyelediki masalah secara bersama. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif sehingga membuat mereka berpikir tentang masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.                                                                      Problem based instruction tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Siswa dilibatkan dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan dijadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta dapat dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Problem based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemempuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual (Ibrahim dan Nur 2001:7) Problem based instruction dapat dijadikan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri. Siswa harus mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi data, menginferensi, menganalisis, dan mengevaluasi. Ratumanan dan Holil (2008) berpendapat bahwa pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Problem based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir dan perlibatan siswa dalam pengalaman nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep – konsep penting. (Abbas dkk 2007:9). Siswa dituntut untuk mengajukan pertanyaan dan permasalahan serta mencari sendiri jawaban atau pemecahan dari permasalahan yang diajukan melalui penyelidikan autentik dan kerjasama dengan teman kelompoknya sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan Sumarsono (2006), penerapan Problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran fisika. Penerapan Problem based instruction diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
B. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)                                 Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah khas di antara model-model pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha bersama, sama baiknya seperti usaha.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.
Secara lebih terperinci dapat dikatakan bahwa Pembelajaran kooperatif bertujuan dalam bidang:
  • Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
  • Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.
  • Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
Perlunya pendekatan pembelajaran kooperatif didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Siswa berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing memiliki latar belakang, pengalaman, gaya belajar (learning style), prestasi, dan keinginan/kehendak yang khas. Guru tidak boleh menganggap kelas sebagai kumpulan siswa yang seragam. Namun di lain pihak, guru juga tidak mungkin memperhatikan kekhasan siswa satu demi satu.
2. Belajar membutuhkan bermacam-macam konteks. Dengan bekerja bersama, tiap-tiap anggota kelompok memberi sumbangan sesuai dengan konteks yang dikenalnya masing-masing.
3. Belajar bukan hanya terjadi dalam diri seseorang secara individual tetapi lebih-lebih merupakan proses sosial antara individu dengan orang-orang lain.
4. Hubungan saling-bergantung secara sosial (social interdependence) di antara orang-orang yang berinteraksi mempengaruhi hasil interaksi di antara mereka.
5. Sebagai bagian dari kecakapan hidup (life skills), kecakapan interpersonal siswa perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Kerja bersama dalam kelompok kecil melatih kecakapan interpersonal dan sekaligus menjadi sarana pencapaian hasil belajar.



C. STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan oleh Slavin (1995) dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
D.PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu dosen/guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata mahasiswa/siswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan. Pendekatan ini dipilih karena menekankan pada pemberdayaan siswa/mahasiswa.              Filosofi CTL memungkinkan mahasiswa/siswa belajar melalui mengalami sendiri dan bersifat alami. Pengetahuan yang disajikan guru tidak “ready to use,tapi siswa harus mengkonstruksi sendiri secara aktif dengan jalan merangkai pengalaman-pengalamannya. Dalam konteks belajar mengajar, guru harus merancang pengalaman apa yang akan dihayati oleh siswanya. Jadi bagi seseorang di perguruan tinggi dan juga guru di Sekolah dengan berlakukan Kurikulum 2004, pada hakikatnya gurulah kurikulum itu. Filosofi CTL adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep, dan kaidah yang siap diresap dan diingat. Pengetahuan harus dikonstruksi oleh manusia dan memberinya makna melalui pengalaman.
Pembelajaran konstekstual menurut C-Stars (2002) ditandai dengan 7 pilar, yaitu Inkuiri (Inquiry), Bertanya (Questioning), Konstruktivisme (Constructivism), Pemodelan (Modelling), Masyarakat belajar (Learning community), Asesmen autentik (Authentic assessment), dan Refleksi (Reflection) Secara singkat ketujuh pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:
  1. Inkuiri: Diawali dengan kegiatan pengamatan untuk memahami suatu konsep, bertanya, menyelidiki, menganalisis, dan merumuskan penjelasan (teori) baik sebagai individu maupun bersama sejawatnya. Dalam proses ini sekaligus terjadi aktivitas mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
  2. Bertanya: Digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir mahasiswa. Sedangkan dari segi mahasiswa bertanya digunakan dalam kerangka berinkuiri.
  3. Konstruktivisme: Membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalamanpengalaman baru yang dirangkai dengan pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman belajar yang bermakna.
  4. Masyarakat belajar: Ditandai dengan aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain. Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibanding apabila tiap-tiap mahasiswa bekerja sendiri.
  5. Pemodelan: Mendemonstrasikan bagaimana Anda menginginkan seseorang berbuat; melakukan sesuatu agar orang lain melakukannya.
  6. Penilaian Autentik: Mengukur pengetahuan dan keterampilan mahasiswa yang mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan (penilaian produk dan kinerja) dalam situasi kontekstual dan keseharian.
  7. Refleksi: Berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, mereviu dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman, mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana ide-ide baru yang telah kita lakukan. Refleksi dapat berupa berbagai bentuk jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni.
E.Model Pembelajaran 5E
            Bila pada pembelajaran di kelas anda siswa tampak kurang termotivasi dan anda ingin melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran agar tercipta sikap ilmiah pada diri mereka, maka tidak ada salahnya jika anda mencoba menggunakan model pembelajaran 5E. Melalui model pembelajaran 5E ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat lebih bermakna  bagi siswa. 
model pembelajaran 5E
Model pembelajaran 5E
Nah, sebelum mencoba menggunakan model pembelajaran yang sangat sesuai dengan standar proses pembelajaran yang diamanahkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu harus memuat langkah EEK (Eksplorasi, Elaborasi,dan Konfirmasi), maka akan ada baiknya jika kita cermati terlebih dahulu sintaks (langkah-langkah) model pembelajaran ini. Model pembelajaran ini termasuk ke dalam kelompok siklus belajar (learning cycle),yang diberi nama berdasarkan singkatan dari huruf-huruf awal sintaks (langkah) pembelajaran.
Langkah-Langkah (Fase-Fase) Model Pembelajaran 5E
Menurut Bybee (2006), fase-fase dalam model siklus belajar 5E adalah sebagai berikut:
1.      Engagement (Persiapan). Pada fase ini guru mengasses pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dan membantu mereka untuk tertarik dengan konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan singkat untuk memicu rasa ingin tahu. Kegiatan yang dilakukan harus menghubungkan antara pengalaman belajar sebelumnya dengan pengalaman belajar yang akan dilakukan, mengekspos konsepsi awal yang telah dimiliki siswa, dan mengorganisasikan pemikiran siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2.    Exploration (eksplorasi). Pada fase exploration (eksplorasi) siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di mana konsep yang telah mereka miliki, miskonsepsi, proses belajar dan keterampilan-keterampilan diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi. Siswa dapat menyelesaikan kegiatan laboratorium yang akan membantu mereka menggunakan pengetahuan awal untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru, mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan kemungkingan-kemungkinan, dan mendesain dan melaksanakan penyelidikan.
3.    Explanation (penjelasan).Fase explanation (penjelasan) memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek tertentu dari pengalaman belajar mereka pada fase engagement (persiapan) dan exploration (eksplorasi) dan menyediakan kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman konsep-konsep, keterampilan-keterampilan proses sains, atau tingkah laku tertentu. Fase ini juga menyediakan kesempatan kepada guru untuk secara langsung menyampaikan konsep-konsep, proses-proses, atau keterampilan- keterampilan. Siswa menjelaskan pemahaman mereka terhadap konseo-konsep. Penjelasan dari guru dapat membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian terpenting dari fase ini.
4.    Elaboration (elaborasi).Pada fase elaboration (elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual dan keterampilan-keterampilan siswa. Melalui pengalaman-pengalaman belajar yang baru siswa membangun pemahaman yang lebih dalam dan luas, memperoleh informasi-informasi, dan keterampilan-keterampilan. Siswa mengaplikasikan pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan kegiatan-kegiatan tambahan.
5.    Evaluation (evaluasi).Pada fase terakhir dari model siklus belajar 5E ini, yaitu fase evaluation (evaluasi), siswa berupaya mengasses pemahaman dan kemampuan mereka. Selain itu pada fase ini guru juga mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kelebihan Model Pembelajaran 5E
Menurut Wibowo (2010), penerapan model siklus belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan  sebagai berikut:
  • Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
  • Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
  • Pembelajaran menjadi lebih bermakna
Kekurangan Model Pembelajaran 5E
Adapun kekurangan penerapan model siklus belajar yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut:
  • Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
  • Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
  • Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
  • Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. 

1.   Apa Model Pembelajaran Langsung itu?
            Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder,  gambar,  peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.
2.  Bagaimana Tahapan Model Pembelajaran?
            Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:
§  Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan (5) menginformasikan kerangka pelajaran.
§  Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
§  Latihan terstruktur. Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.
§  Latihan terbimbing. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
§  Latihan mandiri. Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut:
§  Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.
§  Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
§  Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
§  Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
§  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
§  Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan.
§  Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
3. Pada situasi apa Pembelajaran Langsung dapat digunakan?
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
§  Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
§  Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
§  Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
§  Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
§  Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
§  Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
§  Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
§  Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
§  Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
§  Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4. Kelebihan  dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Kelebihan model pembelajaran langsung:
§  Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
§  Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
§  Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
§  Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
§  Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
§  Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
§  Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
§  Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
§  Secara umum, ceramah adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan berpartisipasi dan dipermalukan.
§  Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
§  Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
§  Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
§  Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
§  Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
§  Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut.
§  Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
§  Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehinggaguru dapat terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
§  Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
§  Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
§  Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
§  Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
§  Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
§  Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif.
§  Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
§  Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
§  Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
§  Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
§  Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham atau salah paham.
Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga dapat dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.

















BAB IV
ANALISIS RPP DAN LKS

a) Analasis RPP
No.
RPP Yang Dikaji
Sesuai/tidak PP atau BSNP
Alasan
1.
Format RPP
Sesuai
Karena sudah sesuai dengan Format RPP menurut PERMENDIKNAS no. 41/2007
2.
Standar Kompetensi
Sesuai
Karena standar kompetensi sudah dicantumkan
3.
Kompetensi Dasar
Sesuai
Karena kompetensi dasar memiliki keterkaitan dengan standar kompetensi
4.
Indikator
Sesuai
Karena indikator sudah mencakup pengetahuan, sikap dan ketrampilan
5.
Pertemuan Ke
Sesuai
Karena sudah menyantumkan tiap-tiap pertemuan yang bertujuan untuk mencapai KD tertentu
6.
Tujuan Pembelajaran
Sesuai
Karena berisi  penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
7.
Alat dan Bahan
Tidak Sesuai
Karena tidak sesuai dengan format RPP PERMENDIKNAS no. 41/2007
8.
Materi Pembelajaran
Sesuai
Karena sudah menyantumkan materi pembelajaran meskipun tidak spesifik
9.
Metode dan Model Pembelajaran
Sesuai
Karena metode dan model pembelajaran sudah sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang hendak dicapai
10.
Sumber Belajar
Sesuai
Karena sudah sesuai dengan SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian nilai, serta sumber belajar yang digunakan menarik dan jelas
11.
Langkah Pembelajaran
Sesuai
Karena sudah menyantumkan pendahuluan, inti, dan penutup
12.
Penilaian
Sesuai
Karena sudah sesuai  dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian


b) Analisis LKS
No.
Bagian dari LKS
Sesuai/tidak sesuai
Alasan
1.
Judul, Mata Pelajaran, Semester, dan Tempat
Tidak Sesuai
Karena hanya dicantumkan judul percobaan saja, tidak ada mata pelajaran, semester serta tempat
2.
Petunjuk Belajar
Tidak Sesuai
Karena tidak menyantumkan petunjuk belajar
3.
Kompetensi Yang Akan Dicapai
Tidak Sesuai
Karena kompetensi yang akan dicapai tidak dicantumkan dalam LKS
4.
Indikator
Tidak Sesuai
Karena dalam LKS tidak menyantumkan indikator
5.
Informasi Pendukung
Sesuai
Karena sudah menyantumkan informasi pendukung yang sesuai dengan dengan praktikum yang dilakukan
6.
Tugas-Tugas dan Langkah-Langkah Kerja
Sesuai
Karena sudah menyantumkan langkah-langkah kerja yang akan membantu siswa dalam melakukan percobaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan praktikum
7.
Penilaian
Tidak Sesuai
Karena didalam LKS tidak dicantumkan penilaian