TUGAS
LANDASAN KEPENDIDIKAN
“TELAAH
RPP DAN LKS”
RIA
PUSPITA HADI S
(123654031)
S1
PRODI PENDIDIKAN SAINS A
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
BAB
I
PANDUAN
PENGEMBANGAN
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
I.
Pendahuluan
Dalam
rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam
silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang
tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas
pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Dalam menyusun RPP guru harus
mencantumkan Standar Kompetensi yang memayungi
Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP secara
rinci harus dimuat,Standar
Kompetensi,Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi
Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah
Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian
II.
Langkah-langkah
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Mencantumkan
identitas
·
Nama sekolah
·
Mata Pelajaran
·
Kelas/Semester
·
Alokasi Waktu
Catatan:
Ø RPP
disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
Ø Standar
Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun
oleh satuan pendidikan
Ø Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi
dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya
pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat
diperhitungkan dalam satu atau beberapa
kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
Ø Pertemuan ke…sampai dengan ….untuk mencapai KD tertentu (ditulis
sesuai silabus).
A. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi adalah kualifikasi
kemampuan peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standa kompetensi diambil dari Standar Isi (Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar). Sebelum menuliskan Standar Kompetensi,
penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a. urutan
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD
b.
keterkaitan
antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c. keterkaitan
standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
d.
SK
dikutip dari silabus dan ditulis nomornya
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah
kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai SK
mata pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar dipilih dari yang tercantum dalam
Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih Kompetensi Dasar, penyusun
terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin
ilmu dan/atau tingkat kesulitan Kompetensi Dasar
b.
Keterkaitan
antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c. Keterkaitan
standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran
d. Ditulis sesuai kolom I pada silabus dan ditulis nomornya.
C.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.
Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang
dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat
terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah
materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi
pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada dalam
silabus.
E. Metode Pembelajaran/Model
Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar
sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan
pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang
dipilih.
F. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar
dalam kegiatan pembelajaran harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam
setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan
:
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan
kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk
membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat
dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
G. Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang
ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan
secara lebih operasional. Misalnya,
sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus
dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
H. Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik
penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan
data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau
vertikal. Apabila penilaian menggunakan
teknik tes tertulis uraian, tes
unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.
III. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP...........................
Mata
Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester :
...................................
Alokasi
Waktu : ..... x 40 menit
(… pertemuan)
A. Standar
Kompetensi
B. Kompetensi
Dasar
C. Indikator
D. Tujuan Pembelajaran:
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Dst
E. Materi
Pembelajaran
F. Model/Metode
Pembelajaran
G. Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Dst
H. Sumber Belajar
I. Penilaian
Penilaian
|
|||
Teknik
|
Bentuk
Instrumen
|
Instrumen
|
|
BAB II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan : SMP/Mts
Mata
Pelajaran : IPA
Terpadu
Tema : Limbah Rumah Tangga
Kelas/Semester : VII / Semester 2
Alokasi
waktu : 2 x 2 x 40 menit
A.
Standar Kompetensi
·
7.
Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem (Biologi, Kelas VII semester 1)
·
4. Memahami berbagai sifat dalam
perubahan fisika dan
kimia(Kimia, Kelas VII
semester 1) (Kimia, Kelas VIII
semester 1)
·
4. Memahami kegunaan bahan
kimia dalam kehidupan (Kimia, Kelas VIII
semester 1)
B.
Kompetensi Dasar
·
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan
berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
·
7.4..Mengaplikasikan peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan
lingkungan
·
4.1 Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia
dalam kehidupan sehari-hari
·
4.2 Mengkomunikasikan informasi tentang kegunaan dan efek
samping bahan kimia
C.
Indikator
Pertemuan I
Kognitif
· Produk
1.
Menjelaskan
berbagai contoh bahan kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari
2.
Menjelaskan
pengaruh dan efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia
seperti pembersih, pewangi, pemutih dan pembasmi serangga.
· Proses
1.
Mengelompokkan
bahan-bahan kimia yang terdapat di rumah tangga
2.
Melakukan
identifikasi terhadap berbagai bahan kimia yang terdapat di rumah tangga
seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga.
Afektif
1. Karakter
: disiplin, teliti dan bertanggung jawab
2. Keterampilan
sosial: bekerja sama, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain
Pertemuan II
Kognitif
· Produk
1. Menjelaskan dampak penggunaan bahan-bahan kimia di rumah
tangga terhadap pencemaran lingkungan.
2. Menjelaskan cara pengolahan limbah detergen dengan teknik
penyaringan.
· Proses
1. Melakukan percobaan tentang “Penjernihan Air Limbah
Detergen”
2. Menganalisis pengaruh limbah detergen bagi kelangsungan
hidup ikan
Psikomotor
1. Merangkai alat dan bahan untuk percobaan tentang “Penjernihan
Air Limbah Detergen”
2. Menentukan pengaruh air hasil penjernihan limbah detergen
bagi kelangsungan hidup ikan.
Afektif
1. Karakter
: disiplin, teliti dan bertanggung jawab
2. Keterampilan
sosial: bekerja sama, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain
D.
Tujuan
Pembelajaran
Pertemuan I
Kognitif
·
Produk
1. Siswa dapat menjelaskan masing-masing 2 contoh bahan
kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan benar.
2. Siswa dapat menjelaskan beberapa pengaruh dan efek
samping yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan kimia seperti pembersih,
pewangi, pemutih dan pembasmi serangga tanpa membaca handout.
·
Proses
1.
Siswa
dapat mengelompokkan bahan-bahan kimia yang terdapat di rumah tangga dengan benar.
2.
Siswa
dapat melakukan identifikasi terhadap berbagai bahan kimia yang terdapat di
rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi serangga dengan
teliti.
Afektif
- Karakter : Siswa datang saat praktikum tepat
waktu, mengamati kejadian dalam percobaan dengan teliti dan menyampaikan
hasil kerjanya dengan penuh tanggung jawab.
- Keterampilan
sosial : Siswa bekerja sama dalam
kelompoknya, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain.
Pertemuan II
Kognitif
·
Produk
1.
Siswa
dapat menjelaskan beberapa dampak penggunaan bahan-bahan kimia di rumah tangga
terhadap pencemaran lingkungan dengan jelas.
2.
Siswa
dapat menjelaskan cara pengolahan limbah detergen dengan teknik penyaringan.
·
Proses
1.
Siswa
dapat melakukan melakukan percobaan tentang “Penjernihan Air Limbah Detergen”
sesuai dengan prosedur di LKS 2.
2.
Siswa
dapat menganalisis pengaruh air hasil penjernihan limbah detergen bagi
kelangsungan hidup ikan sesuai dengan hasil percobaan.
Afektif
- Karakter : Siswa datang saat praktikum tepat
waktu, mengamati kejadian dalam percobaan dengan teliti dan menyampaikan
hasil kerjanya dengan penuh tanggung jawab.
- Keterampilan
sosial : Siswa bekerja sama dalam kelompoknya,
menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat orang lain.
E.
Alat dan Bahan
1. Pertemuan
I
a. Alat tulis
b. Produk-produk bahan kimia seperti pembersih, pewangi,
pemutih dan pembasmi serangga
2. Pertemuan
II
a. Botol kosong 1
buah
b. Gelas kimia 3
buah
c. Gelas ukur 1
buah
d. Air
e. Detergen
f. Batu
g. Kerikil
h. Kapas
i. Pasir
j. Ikan 2 ekor
F.
Materi
·
Bahan-bahan
kimia di rumah tangga
·
Pencemaran
Lingkungan
·
Pemisahan
Campuran
G.
Metode
Pembelajaran
· Model : Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
· Pendekatan : SETS
· Metode : praktikum dan diskusi
H.
Sumber
Belajar
·
Buku siswa
·
Buku
Penunjang IPA untuk Kelas VII dan VIII SMP/MTs
·
LKS
·
Alat-alat praktikum
·
Media
Power Point
I.
Langkah
Pembelajaran
Pertemuan I
1.
Pendahuluan
(10 menit)
Fase
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
a.
Guru memotivasi siswa dengan membawa produk pembasmi serangga.
Kemudian bertanya kepada siswa “ Apa yang terjadi pada serangga jika produk
tersebut di semprotkan? Apa yang menyebabkan hal tersebut? Zat apa yang
terkandung didalamnya?”
b.
Guru mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar,
indikator, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran “Limbah
Rumah Tangga”.
2.
Kegiatan
Inti (50 menit)
Fase 2. Menyajikan informasi
a.
Guru memberikan handout kepada siswa tentang “Limbah Rumah Tangga”
b.
Guru menginformasikan materi pelajaran melalui media power
point.
Fase
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
a. Guru
membagi siswa ke dalam kelompok yang
beranggotakan 4 orang
siswa dengan kemampuan berbeda (tinggi, sedang dan rendah).
b. Guru
memberikan LKS kepada
masing-masing kelompok
c. Guru meminta siswa membaca petunjuk pengamatan (LKS 1)
dan menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti pada petunjuk pengamatan.
d. Guru meminta siswa melakukan identifikasi secara
berkelompok.
Fase
4. Membimbing masing-masing kelompok
dalam mengerjakan tugas
a. Guru
mengawasi tiap kelompok secara bergiliran dan memberikan bantuan apabila siswa
mengalami kesulitan
Fase
5. Evaluasi
a. Guru
meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil identifikasi bahan-bahan kimia di rumah tangga ke
depan kelas
b. Guru
menanggapi presentasi kelompok dan memberikan umpan balik.
3.
Penutup
(20 menit)
Fase
6. Memberikan Penghargaan
a. Guru
memberikan kuis kemudian memberikan penilaian dan penghargaan kepada kelompok
terbaik.
b. Guru menugaskan siswa untuk mencari pengaruh dan efek
samping penggunaan bahan kimia di rumah tangga bagi kesehatan lingkungan.
Pertemuan II
1.
Pendahuluan
(10 menit)
Fase
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
a.
Guru memotivasi siswa dengan membawa air bekas cucian cucian
baju dan air bersih, kemudian meminta siswa untuk membedakan kedua air
tersebut.
b.
Guru
menanyakan kepada siswa “Apakah yang terjadi jika air tersebut kita minum?”
c.
Guru
bersama-sama siswa merumuskan jawaban dari permasalahan tersebut.
d.
Guru mengkomunikasikan garis besar kompetensi dasar,
indikator, dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran “Limbah
Rumah Tangga”.
2.
Kegiatan
Inti (50 menit)
Fase
2. Menyajikan informasi
a.
Guru bersama-sama siswa membahas tentang pengaruh dan efek
samping penggunaan bahan kimia di rumah tangga bagi kesehatan lingkungan yang telah ditugaskan
kepada siswa pada pertemuan sebelumnya.
b.
Guru menginformasikan materi selanjutnya yaitu tentang
“Pencemaran Lingkungan dan Pemisahan Campuran” melalui media power point.
Fase
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
a. Guru
membagi siswa ke dalam kelompok yang
beranggotakan 4 orang
siswa dengan kemampuan berbeda (tinggi, sedang dan rendah).
b. Guru
memberikan LKS kepada
masing-masing kelompok
c. Guru meminta siswa membaca petunjuk praktikum (LKS 2) dan
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti pada petunjuk praktikum.
d. Guru meminta siswa melakukan praktikum tentang
“Penjernihan Air Limbah Detergern” secara berkelompok.
Fase
4. Membimbing masing-masing kelompok
dalam mengerjakan tugas
a. Guru
mengawasi tiap kelompok secara bergiliran dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan praktikum.
Fase
5. Evaluasi
a. Guru
meminta perwakilan dari salah
satu kelompok untuk mempresentasikan
hasil praktikum tentang “Penjernihan
Air Limbah Detergern” ke depan kelas.
b. Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi kelompok yang
presentasi.
c. Guru
memberikan umpan balik kepada
kelompok yang presentasi.
3.
Penutup
(20 menit)
Fase
6. Memberikan Penghargaan
a. Guru
memberikan kuis kepada siswa.
b. Guru memberikan penilaian dan
penghargaan kepada kelompok yang
berprestasi atau aktif dalam proses pembelajaran.
J.
Penilaian
Penilaian
kognitif :
Penilaian dalam bentuk kuis
Penilaian kinerja :
Penilaian hasil laporan praktikum
dan penilaian
sikap
siswa
Surabaya, 2011
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
(.......................................) (.........................................)
NIP NIP
LKS
(Lembar
Kerja Siswa)
A.
Tujuan
· Mengelompokkan
produk-produk rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan pembasmi
serangga.
B.
Materi
Bahan kimia dapat menyusun semua, sebagian besar
atau sebagian kecil komposisi suatu zat.
Bahan-bahan tersebut memiliki banyak manfaat sehingga dapat memberikan
kemudahan dan meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Bahan kimia yang
terdapat di rumah digunakan sebagai bahan pembersih, bahan pemutih, bahan
pewangi atau pengharum dan bahan pembasmi serangga.
C.
Alat
dan Bahan
1. Alat
tulis
2. Produk-produk
bahan kimia seperti pembersih, pewangi, pemutih dan pembasmi serangga
D.
Langkah
Kerja
1. Mempersiapkan
kemasan berbagai produk kebutuhan rumah tangga seperti kemasan sabun, detergen,
sampo, pasta gigi, pemutih, pewangi, pembasmi serangga, dan makanan ringan .
2. Mengelompokkan
dan mengidentifikasi produk-produk tersebut.
3. Mengamati
label pada setiap kemasan produk-produk tersebut.
4. Mebuat
tabel hasil pengamatan.
Tabel
1. Hasil Pengamatan Kemasan Produk
No.
|
Produk Kebutuhan Rumah Tangga
|
Bahan Kimia yang Terkandung
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Sabun
Detergen
Sampo
Pasta
gigi
Pemutih
Pewangi
Pembasmi
serangga
|
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
. . . . .
|
5. Memasukkan
data pada tabel 1
E.
Simpulan
Buatlah simpulan dari
hasil pengamatan tersebut?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
EVALUASI
Kerjakanlah soal
berikut dengan jawaban yang lengkap!
1. Sebutkan
contoh bahan-bahan atau produk kimia yang dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari (minimal 2)?
2. Jelaskan
beberapa pengaruh dan efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan
produk-produk kimia di rumah tangga seperti pembersih, pemutih, pewangi dan
pembasmi serangga?
3. Penggunaan
bahan-bahan kimia rumah tangga seperti
penggunaan detergen dapat menimbulkan limbah berupa busa. Jelaskan dampak yang
ditimbulkan dari limbah tersebut bagi lingkungan?
4. Sebutkan
pencemaran lingkungan yang timbul akibat adanya pengaruh penggunaan
produk-produk kimia di rumah tangga?
5. Limbah
yang di hasilkan dari penggunaan produk-produk kimia seperti pembersih,
pemutih, pewangi dan pembasmi serangga dapat diminimalisasi dengan pengolahan
limbah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi limbah cair yaitu
dengan pemisahan campuran. Jelaskan teknik pemisahan campuran sederhana untuk
mengatasi air limbah penyebab pencemaran air?
BAB III
DASAR TEORI
A.Model pembelajaran PBI (problem
based instruction)
·
Model pembelajaran Problem based instruction menggunakan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan nyata. Problem based
instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran, melalui
pengalaman belajar dalam kehidupan nyata. Arends dalam Trianto (2007 : 68)
menjelaskan bahwa Problem based instruction merupakan pendekatan belajar yang
menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan
siswa, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi ,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Problem
based instruction berpusat pada siswa. Problem based instruction merupakan
salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007: 8). Guru berkewajiban
menggiring siswa untuk melakukan kegiatan . guru sebagai penyaji masalah,
memberikan instruksi-instruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan
dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri . guru diharapkan dapat
menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Pelaksanaan Problem based instruction didukung dengan beberapa metode mengajar
diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan
masalah. Arends dalam Trianto (2007: 69-70) menyatakan bahwa pengembangan
Problem based instruction memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Problem based instruction menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa dilingkungannya. Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa sehingga tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa, selain itu masalah yang disusun mencakup materi pelajaran disesuaikan dengan waktu, ruang dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Adanya keterkaitan atar disiplin ilmu
Apabila Problem based instruction diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran tertentu, hendaknya memilih masalah yang autentik sehingga dalam pemecahan setiap masalah siswa melibatkan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Penyelidikan autentik
Problem based instruction mewajibkan siswa melakukan penyelidikan autentik menganalisis dan merumuskan masalah, mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu melakukan eksperimen, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
4. Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya.
Problem based instruction menuntut siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah di depan kelas.
5. Kolaborasi
Problem based instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru. Problem based instruction mengacu pada inkuiri, kontruktivisme dan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Model ini efektif untuk mengajarkan proses – proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya dan membantu siswa memproses informasi yang telah dimiliki. Problem based instruction menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Lingkungan belajar yang terbuka menuntut peran aktif siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah sehingga menjadi pembelajar yang mandiri. Tahapan Problem based instruction dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa.Tahap Tingkah laku guru:
1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan rencana kegiatan, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa siswa untuk mengumpulakan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah dan membantu mereka untuk berbeagi tugas dengan temannya
5. Mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Instruction
1. Sintakmatik
Pendahuluan
a. Orientasi siswa pada masalah yaitu
• Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari pada saat itu dengan memberikan tugas untuk eksperimen, siswa mempersiapkan eksperimen.
• Menjelaskan logistik yang dibutuhkan yaitu guru menjelaskan kegiatan observasi dan mempersiapkan alat dan bahan untuk observasi
• Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya dengan menyampaikan TPK.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar yaitu:
• Membagi kelas menjadi 5 kelompok belajar yang anggotanya heterogen dan terdiri dari 8-9 siswa dengan cara menghitung peserta mulai 1 s/d 8, yang nomor 1 masuk ke kelompok 1, yang nomor 2 masuk ke kelompok 2 dan seterusnya.
• .Masing-masing kelompok menghadap satu meja
• Guru membagikan LKS sebagai pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan eksperimen pada saat itu
• Guru menyuruh siswa mempersiapkan alat dan bahan yang sudah tersedia
• Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan eksperimen
• Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan untuk merangsang pembentukkan ide, pengajuan ide dan penyusunan konsep dasar serta rasa ketertarikan siswa untuk belajar.
2. Kegiatan inti
a. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok yaitu:
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
• Siswa melaksanakan eksperimen.
• Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan hasil eksperimen dari LKS (lembar kerja siswa) untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
• Siswa mengumpulkan hasil kerjanya kepada guru.
b. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu
• Siswa mempersiapkan untuk merencanakan hasil pemecahan masalah
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah
• Guru membantu mereka untuk berbeagi tugas dengan temannya.
• Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah, Kelompok yang presentasi dipilih acak melalui pengundian.
c. Mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu:
• Guru menyuruh siswa untuk mengevaluasi terhadap penyelidikan mereka.
• Siswa melakukan kegiatan mengavaluasi dengan mencocokkan hasil mereka dengan kelompok.
3. Penutup
Guru menyimpulkan hasil evaluasi siswa dengan mencocokkan materinya.
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Problem based instruction menggunakan masalah yang berpangkal kehidupan nyata siswa dilingkungannya. Masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa sehingga tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa, selain itu masalah yang disusun mencakup materi pelajaran disesuaikan dengan waktu, ruang dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2. Adanya keterkaitan atar disiplin ilmu
Apabila Problem based instruction diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran tertentu, hendaknya memilih masalah yang autentik sehingga dalam pemecahan setiap masalah siswa melibatkan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah tersebut.
3. Penyelidikan autentik
Problem based instruction mewajibkan siswa melakukan penyelidikan autentik menganalisis dan merumuskan masalah, mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis data, bila perlu melakukan eksperimen, dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah.
4. Menghasilkan dan memamerkan hasil suatu karya.
Problem based instruction menuntut siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Siswa menjelaskan bentuk penyelesaian masalah dan menyusun hasil pemecahan masalah berupa laporan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah di depan kelas.
5. Kolaborasi
Problem based instruction memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Guru juga perlu memberikan minimal bantuan pada siswa, tetapi harus mengenali seberapa penting bantuan itu bagi siswa agar mereka lebih saling bergantung satu sama lain, dari pada bergantung pada guru. Problem based instruction mengacu pada inkuiri, kontruktivisme dan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Model ini efektif untuk mengajarkan proses – proses berpikir tingkat tinggi, membantu siswa membangun sendiri pengetahuannya dan membantu siswa memproses informasi yang telah dimiliki. Problem based instruction menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Lingkungan belajar yang terbuka menuntut peran aktif siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah sehingga menjadi pembelajar yang mandiri. Tahapan Problem based instruction dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian hasil kerja siswa.Tahap Tingkah laku guru:
1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan rencana kegiatan, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa siswa untuk mengumpulakan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah dan membantu mereka untuk berbeagi tugas dengan temannya
5. Mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Instruction
1. Sintakmatik
Pendahuluan
a. Orientasi siswa pada masalah yaitu
• Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari pada saat itu dengan memberikan tugas untuk eksperimen, siswa mempersiapkan eksperimen.
• Menjelaskan logistik yang dibutuhkan yaitu guru menjelaskan kegiatan observasi dan mempersiapkan alat dan bahan untuk observasi
• Memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya dengan menyampaikan TPK.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar yaitu:
• Membagi kelas menjadi 5 kelompok belajar yang anggotanya heterogen dan terdiri dari 8-9 siswa dengan cara menghitung peserta mulai 1 s/d 8, yang nomor 1 masuk ke kelompok 1, yang nomor 2 masuk ke kelompok 2 dan seterusnya.
• .Masing-masing kelompok menghadap satu meja
• Guru membagikan LKS sebagai pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan eksperimen pada saat itu
• Guru menyuruh siswa mempersiapkan alat dan bahan yang sudah tersedia
• Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan eksperimen
• Guru mengingatkan siswa tentang materi yang akan kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dilakukan untuk merangsang pembentukkan ide, pengajuan ide dan penyusunan konsep dasar serta rasa ketertarikan siswa untuk belajar.
2. Kegiatan inti
a. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok yaitu:
• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
• Siswa melaksanakan eksperimen.
• Siswa berdiskusi untuk menjawab pertanyaan hasil eksperimen dari LKS (lembar kerja siswa) untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
• Siswa mengumpulkan hasil kerjanya kepada guru.
b. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu
• Siswa mempersiapkan untuk merencanakan hasil pemecahan masalah
• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mempresentasikan hasil pemecahan masalah
• Guru membantu mereka untuk berbeagi tugas dengan temannya.
• Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pemecahan masalah, Kelompok yang presentasi dipilih acak melalui pengundian.
c. Mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu:
• Guru menyuruh siswa untuk mengevaluasi terhadap penyelidikan mereka.
• Siswa melakukan kegiatan mengavaluasi dengan mencocokkan hasil mereka dengan kelompok.
3. Penutup
Guru menyimpulkan hasil evaluasi siswa dengan mencocokkan materinya.
Manfaat Problem Based Instruction Problem
based instruction dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti menyelidiki,
memahami dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Pengembangan
keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu dibutuhkan dalam
pelaksanaan Problem based instruction untuk menyelediki masalah secara bersama.
Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif sehingga membuat mereka
berpikir tentang masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut. Problem
based instruction tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. Siswa dilibatkan dalam pengalaman nyata dan
menjadi pembelajaran yang mandiri. Pengalaman siswa yang diperoleh dari
lingkungan dijadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta dapat
dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Problem based instruction dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemempuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual (Ibrahim dan Nur 2001:7) Problem based instruction
dapat dijadikan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri. Siswa harus
mengansumsi, mengumpulkan informasi, menginterpretasi data, menginferensi,
menganalisis, dan mengevaluasi. Ratumanan dan Holil (2008) berpendapat bahwa
pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Problem
based instruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir
dan pemecahan masalah, keterampilan berpikir dan perlibatan siswa dalam
pengalaman nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk mendapatkan
pengetahuan tentang konsep – konsep penting. (Abbas dkk 2007:9). Siswa dituntut
untuk mengajukan pertanyaan dan permasalahan serta mencari sendiri jawaban atau
pemecahan dari permasalahan yang diajukan melalui penyelidikan autentik dan
kerjasama dengan teman kelompoknya sehingga diharapkan dapat melatih kemampuan
berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan Sumarsono (2006), penerapan
Problem based instruction dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran
fisika. Penerapan Problem based instruction diharapkan dapat melatih kemampuan
berpikir kritis siswa dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai.
B. Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model
pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah khas di antara model-model
pembelajaran karena menggunakan suatu struktur tugas dan penghargaan yang
berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas memaksa siswa
untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Sistem penghargaan mengakui usaha bersama,
sama baiknya seperti usaha.
Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif bertujuan agar terdapat efek (pengaruh) di luar
pembelajaran akademik, khususnya peningkatan penerimaan antarkelompok serta
keterampilan sosial dan keterampilan kelompok.
Secara lebih terperinci dapat
dikatakan bahwa Pembelajaran kooperatif bertujuan dalam bidang:
- Hasil
belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
- Penerimaan
terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam latar belakang.
- Pengembangan
keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa
diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja
dalam kelompok.
Perlunya pendekatan pembelajaran
kooperatif didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
1. Siswa
berbeda satu dengan yang lain. Masing-masing memiliki latar belakang,
pengalaman, gaya belajar (learning style), prestasi, dan keinginan/kehendak
yang khas. Guru tidak boleh menganggap kelas sebagai kumpulan siswa yang
seragam. Namun di lain pihak, guru juga tidak mungkin memperhatikan kekhasan
siswa satu demi satu.
2. Belajar
membutuhkan bermacam-macam konteks. Dengan bekerja bersama, tiap-tiap anggota
kelompok memberi sumbangan sesuai dengan konteks yang dikenalnya masing-masing.
3. Belajar
bukan hanya terjadi dalam diri seseorang secara individual tetapi lebih-lebih
merupakan proses sosial antara individu dengan orang-orang lain.
4. Hubungan
saling-bergantung secara sosial (social interdependence) di antara orang-orang
yang berinteraksi mempengaruhi hasil interaksi di antara mereka.
5. Sebagai
bagian dari kecakapan hidup (life skills), kecakapan interpersonal siswa perlu
dikembangkan dalam proses pembelajaran. Kerja bersama dalam kelompok kecil melatih
kecakapan interpersonal dan sekaligus menjadi sarana pencapaian hasil belajar.
C. STAD (Student Teams Achievement
Divisions).
Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang digunakan untuk mendukung dan
memotivasi siswa mempelajari materi secara berkelompok. Tipe STAD dikembangkan
oleh Slavin (1995) dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan
pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Langkah-langkah
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru
menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Guru
memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan
diperoleh skor awal.
c. Guru
membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan
kesetaraan jender.
d. Bahan
materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai
kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk
penguatan pemahaman materi.
e. Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru
memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru
memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
D.PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu dosen/guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
mahasiswa/siswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan. Pendekatan ini dipilih
karena menekankan pada pemberdayaan siswa/mahasiswa. Filosofi
CTL memungkinkan mahasiswa/siswa belajar melalui mengalami sendiri dan bersifat
alami. Pengetahuan yang disajikan guru tidak “ready to use,” tapi siswa harus mengkonstruksi sendiri secara aktif
dengan jalan merangkai pengalaman-pengalamannya. Dalam konteks belajar
mengajar, guru harus merancang pengalaman apa yang akan dihayati oleh siswanya.
Jadi bagi seseorang di perguruan tinggi dan juga guru di Sekolah dengan
berlakukan Kurikulum 2004, pada hakikatnya gurulah kurikulum itu.
Filosofi CTL adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep, dan kaidah yang
siap diresap dan diingat. Pengetahuan harus dikonstruksi oleh manusia dan memberinya
makna melalui pengalaman.
Pembelajaran konstekstual menurut C-Stars (2002) ditandai dengan 7 pilar,
yaitu Inkuiri (Inquiry), Bertanya (Questioning), Konstruktivisme
(Constructivism), Pemodelan (Modelling), Masyarakat belajar (Learning
community), Asesmen autentik (Authentic assessment), dan Refleksi (Reflection)
Secara singkat ketujuh pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:
- Inkuiri:
Diawali dengan kegiatan
pengamatan untuk memahami suatu konsep, bertanya, menyelidiki,
menganalisis, dan merumuskan penjelasan (teori) baik sebagai individu
maupun bersama sejawatnya. Dalam proses ini sekaligus terjadi aktivitas
mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
- Bertanya:
Digunakan oleh guru
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir mahasiswa.
Sedangkan dari segi mahasiswa bertanya digunakan dalam kerangka
berinkuiri.
- Konstruktivisme:
Membangun pemahaman
oleh diri sendiri dari pengalamanpengalaman baru yang dirangkai dengan
pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman
belajar yang bermakna.
- Masyarakat
belajar: Ditandai
dengan aktivitas berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain.
Bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih
baik dibanding apabila tiap-tiap mahasiswa bekerja sendiri.
- Pemodelan:
Mendemonstrasikan
bagaimana Anda menginginkan seseorang berbuat; melakukan sesuatu agar
orang lain melakukannya.
- Penilaian
Autentik: Mengukur
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa yang mempersyaratkan penerapan
pengetahuan atau keterampilan (penilaian produk dan kinerja) dalam situasi
kontekstual dan keseharian.
- Refleksi:
Berpikir tentang apa
yang telah kita pelajari, mereviu dan merespon kejadian, aktivitas, dan
pengalaman, mencatat apa yang telah kita pelajari, bagaimana ide-ide baru
yang telah kita lakukan. Refleksi dapat berupa berbagai bentuk jurnal,
diskusi, maupun hasil karya/seni.
E.Model Pembelajaran 5E
Bila pada pembelajaran di kelas anda siswa tampak kurang
termotivasi dan anda ingin melibatkan mereka secara aktif dalam pembelajaran
agar tercipta sikap ilmiah pada diri mereka, maka tidak ada salahnya jika anda
mencoba menggunakan model pembelajaran 5E. Melalui
model pembelajaran 5E ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan
dapat lebih bermakna bagi siswa.
Nah, sebelum mencoba
menggunakan model pembelajaran yang sangat sesuai dengan standar proses
pembelajaran yang diamanahkan oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yaitu harus memuat langkah EEK (Eksplorasi, Elaborasi,dan Konfirmasi), maka
akan ada baiknya jika kita cermati terlebih dahulu sintaks (langkah-langkah)
model pembelajaran ini. Model pembelajaran ini termasuk ke dalam kelompok
siklus belajar (learning cycle),yang diberi nama berdasarkan singkatan dari
huruf-huruf awal sintaks (langkah) pembelajaran.
Langkah-Langkah (Fase-Fase) Model Pembelajaran 5E
1.
Engagement (Persiapan). Pada
fase ini guru mengasses pengetahuan awal (prior knowledge) siswa dan membantu
mereka untuk tertarik dengan konsep-konsep baru melalui penggunaan kegiatan
singkat untuk memicu rasa ingin tahu. Kegiatan yang dilakukan harus
menghubungkan antara pengalaman belajar sebelumnya dengan pengalaman belajar
yang akan dilakukan, mengekspos konsepsi awal yang telah dimiliki siswa, dan
mengorganisasikan pemikiran siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang
akan dilaksanakan.
2. Exploration (eksplorasi). Pada
fase exploration (eksplorasi) siswa mempunyai kesempatan melakukan kegiatan di
mana konsep yang telah mereka miliki, miskonsepsi, proses belajar dan
keterampilan-keterampilan diidentifikasi dan perubahan konsepsi difasilitasi.
Siswa dapat menyelesaikan kegiatan laboratorium yang akan membantu mereka
menggunakan pengetahuan awal untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru,
mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dan kemungkingan-kemungkinan, dan
mendesain dan melaksanakan penyelidikan.
3. Explanation (penjelasan).Fase
explanation (penjelasan) memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek tertentu
dari pengalaman belajar mereka pada fase engagement (persiapan) dan exploration
(eksplorasi) dan menyediakan kesempatan untuk mendemonstrasikan pemahaman
konsep-konsep, keterampilan-keterampilan proses sains, atau tingkah laku
tertentu. Fase ini juga menyediakan kesempatan kepada guru untuk secara
langsung menyampaikan konsep-konsep, proses-proses, atau keterampilan- keterampilan.
Siswa menjelaskan pemahaman mereka terhadap konseo-konsep. Penjelasan dari guru
dapat membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan
bagian terpenting dari fase ini.
4. Elaboration (elaborasi).Pada
fase elaboration (elaborasi) guru menantang dan memperluas pemahaman konseptual
dan keterampilan-keterampilan siswa. Melalui pengalaman-pengalaman belajar yang
baru siswa membangun pemahaman yang lebih dalam dan luas, memperoleh
informasi-informasi, dan keterampilan-keterampilan. Siswa mengaplikasikan
pemahaman mereka tentang konsep-konsep tertentu dengan melakukan
kegiatan-kegiatan tambahan.
5. Evaluation (evaluasi).Pada
fase terakhir dari model siklus belajar 5E ini, yaitu fase evaluation
(evaluasi), siswa berupaya mengasses pemahaman dan kemampuan mereka. Selain itu
pada fase ini guru juga mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kemajuan siswa
dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kelebihan Model Pembelajaran 5E
Menurut Wibowo (2010),
penerapan model siklus belajar mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa
kelebihan sebagai berikut:
- Meningkatkan
motivasi belajar karena pebelajar (siswa) dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran
- Membantu
mengembangkan sikap ilmiah pebelajar
- Pembelajaran
menjadi lebih bermakna
Kekurangan Model Pembelajaran 5E
Adapun kekurangan
penerapan model siklus belajar yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai
berikut:
- Efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran
- Menuntut
kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran
- Memerlukan
pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi
- Memerlukan
waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan
pembelajaran.
1. Apa Model Pembelajaran Langsung itu?
Model pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan
ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung;
(2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran
yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5)
distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam
hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya
film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya.
Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu
pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan
deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain
bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan
pembelajaran dan semua siswa.
2. Bagaimana Tahapan Model Pembelajaran?
Tahapan
atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
§ Orientasi. Sebelum menyajikan
dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan.
Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)
mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan (5) menginformasikan kerangka pelajaran.
§ Presentasi. Pada fase ini guru
dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam
langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif
pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja
terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
§ Latihan terstruktur. Pada fase ini guru
memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam
fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang
salah.
§ Latihan terbimbing. Pada fase ini guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.
Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah
memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
§ Latihan mandiri. Pada fase ini
siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa
jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan
latihan.
Di lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan
tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut:
§ Menginformasikan
tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini
guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang
diharapkan.
§ Me-review pengetahuan
dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk
mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.
§ Menyampaikan materi
pelajaran. Dalam
fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh,
mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
§ Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa
dan mengoreksi kesalahan konsep.
§ Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru
secara individu atau kelompok.
§ Menilai kinerja siswa
dan memberikan umpan balik. Guru memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah
dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan
mengulang keterampilan jika diperlukan.
§ Memberikan latihan
mandiri. Dalam
tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
3. Pada situasi apa Pembelajaran Langsung dapat digunakan?
Beberapa situasi yang memungkinkan model
pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
§ Ketika guru ingin
mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar
pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan
di antara konsep-konsep tersebut.
§ Ketika guru ingin
mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang
jelas dan pasti.
§ Ketika guru ingin
memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya
penyelesaian masalah (problem solving).
§ Ketika guru ingin
menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan
bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu
penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
§ Ketika subjek
pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola
penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
§ Ketika guru ingin
menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
§ Ketika guru harus
menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan
suatu kegiatan praktik.
§ Ketika guru ingin
menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan
kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
§ Ketika para siswa
menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat
terstruktur.
§ Ketika lingkungan
mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru
tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4. Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Kelebihan model pembelajaran langsung:
§ Dengan model
pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang
diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa.
§ Dapat diterapkan
secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
§ Dapat digunakan untuk
menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi
siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
§ Dapat menjadi cara
yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat
terstruktur.
§ Merupakan cara yang
paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang
eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.
§ Dapat menjadi cara
untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang
dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
§ Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi
mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat
merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
§ Ceramah merupakan cara
yang bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka
membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan
informasi.
§ Secara umum, ceramah
adalah cara yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak
mengancam dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya
diri, dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan
berpartisipasi dan dipermalukan.
§ Model pembelajaran
langsung dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi
tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati,
bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
§ Pengajaran yang
eksplisit membekali siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia
(dan) dengan menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan
siswa akan keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
§ Model pembelajaran langsung
yang menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya
demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
§ Ceramah dapat
bermanfaat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung
bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian
terkini.
§ Model pembelajaran
langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang seharusnya
terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
§ Demonstrasi
memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan
bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa
tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas
tersebut.
§ Siswa yang tidak dapat
mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran
langsung digunakan secara efektif.
§ Model pembelajaran
langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru sehinggaguru dapat terus
menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
§ Model pembelajaran
langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi
melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua
siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa.
§ Dalam model
pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan,
pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa.
§ Karena siswa hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
§ Karena guru memainkan
peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung
pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,
antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya,
dan pembelajaran mereka akan terhambat.
§ Terdapat beberapa
bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam
kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung,
dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian,
dan keingintahuan siswa.
§ Model pembelajaran
langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk
cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran
langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi
positif.
§ Jika materi yang
disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung
mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan
memahami informasi yang disampaikan.
§ Model pembelajaran
langsung memberi siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan
disintesis, yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa
memiliki sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
§ Jika model
pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan
perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang
disampaikan.
§ Jika terlalu sering
digunakan, model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru
akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan
menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
§ Karena model
pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan
umpan balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham
atau salah paham.
Demonstrasi sangat
bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah
pengamat yang baik sehingga dapat dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan
oleh guru.
BAB IV
ANALISIS RPP DAN LKS
a)
Analasis RPP
No.
|
RPP Yang Dikaji
|
Sesuai/tidak PP atau BSNP
|
Alasan
|
1.
|
Format RPP
|
Sesuai
|
Karena sudah sesuai dengan Format
RPP menurut PERMENDIKNAS no. 41/2007
|
2.
|
Standar Kompetensi
|
Sesuai
|
Karena standar kompetensi sudah
dicantumkan
|
3.
|
Kompetensi Dasar
|
Sesuai
|
Karena kompetensi dasar memiliki
keterkaitan dengan standar kompetensi
|
4.
|
Indikator
|
Sesuai
|
Karena indikator sudah mencakup
pengetahuan, sikap dan ketrampilan
|
5.
|
Pertemuan Ke
|
Sesuai
|
Karena sudah menyantumkan
tiap-tiap pertemuan yang bertujuan untuk mencapai KD tertentu
|
6.
|
Tujuan Pembelajaran
|
Sesuai
|
Karena berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
|
7.
|
Alat dan Bahan
|
Tidak Sesuai
|
Karena tidak sesuai dengan format
RPP PERMENDIKNAS no. 41/2007
|
8.
|
Materi Pembelajaran
|
Sesuai
|
Karena sudah menyantumkan materi
pembelajaran meskipun tidak spesifik
|
9.
|
Metode dan Model Pembelajaran
|
Sesuai
|
Karena metode dan model
pembelajaran sudah sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
sesuai dengan kompetensi pembelajaran yang hendak dicapai
|
10.
|
Sumber Belajar
|
Sesuai
|
Karena sudah sesuai dengan SK, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian nilai,
serta sumber belajar yang digunakan menarik dan jelas
|
11.
|
Langkah Pembelajaran
|
Sesuai
|
Karena sudah menyantumkan
pendahuluan, inti, dan penutup
|
12.
|
Penilaian
|
Sesuai
|
Karena sudah sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan
mengacu pada standar penilaian
|
b)
Analisis LKS
No.
|
Bagian dari LKS
|
Sesuai/tidak sesuai
|
Alasan
|
1.
|
Judul, Mata Pelajaran, Semester, dan
Tempat
|
Tidak Sesuai
|
Karena hanya dicantumkan judul
percobaan saja, tidak ada mata pelajaran, semester serta tempat
|
2.
|
Petunjuk Belajar
|
Tidak Sesuai
|
Karena tidak menyantumkan petunjuk
belajar
|
3.
|
Kompetensi Yang Akan Dicapai
|
Tidak Sesuai
|
Karena kompetensi yang akan
dicapai tidak dicantumkan dalam LKS
|
4.
|
Indikator
|
Tidak Sesuai
|
Karena dalam LKS tidak
menyantumkan indikator
|
5.
|
Informasi Pendukung
|
Sesuai
|
Karena sudah menyantumkan
informasi pendukung yang sesuai dengan dengan praktikum yang dilakukan
|
6.
|
Tugas-Tugas dan Langkah-Langkah
Kerja
|
Sesuai
|
Karena sudah menyantumkan langkah-langkah
kerja yang akan membantu siswa dalam melakukan percobaan serta tugas-tugas
yang berkaitan dengan praktikum
|
7.
|
Penilaian
|
Tidak Sesuai
|
Karena didalam LKS tidak
dicantumkan penilaian
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar